Senin, 09 April 2012

penyakit protozoa pada sapi


BAB I
PENDAHULUAN


1.1.  Latar Belakang
Dalam pemeliharaan ternak, salah satu penghambat yang sering dihadapi adalah penyakit. Bahkan tidak jarang peternak mengalami kerugian dan tidak lagi beternak akibat adanya kematian pada ternaknya.
Secara umum penyakit hewan adalah segala sesuatu yang menyebabkan hewan menjadi tidak sehat. Hewan sehat adalah hewan yang tidak sakit dengan ciri-ciri (a) bebas dari penyakit yang bersifat menular atau tidak menular, (b) tidak mengandung bahan-bahan yang merugikan manusia sebagai konsumen, dan (c) mampu berproduksi secara optimum.
Berkenaan dengan hal di atas disini penulis akan membahas penyakit protozoa pada sapi

1.2. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menelaah lebih jauh tentang penyakit yang disebabkan oleh protozoa pada sapi

1.3. Metode Penulisan
Penulisan dilakukan secara diskriptif dengan mengambil bahan dari pustakan maupun dari sumber lain yang berkaitan dengan judul makalah.




BAB II
PROTOZOA


2.1. Pengertian
Protozoa berasal dari kata protos yang berarti pertama dan zoo yang berarti hewan sehingga disebut sebagai hewan pertama. Merupakan filum hewan bersel satu yang dapat melakukan reproduksi seksual (generatif) maupun aseksual (vegetatif).Habitat hidupnya adalah tempat yang basah atau berair. Jika kondisi lingkungan tempat hidupnya tidak menguntungkan maka protozoa akan membentuk membran tebal dan kuat yang disebut Kista. Ilmuwan yang pertama kali mempelajari protozoa adalah Anthony van Leeuwenhoek.

2.2. Ciri-Ciri Protozoa
Ukuran protozoa bervariasi , yaitu mulai kurang dari 10 mikron(µm) dan ada yang mencapai 6 mm,meskipun jarang.
Diperairan protozoa merupakan penyusun zooplankton. Makanan protozoa meliputi bakteri, jenis protista lain, atau detritus (materi organic dari organism mati). Protozoa hidup soliter atau berkoloni.jika keadaan lngkungan kurang mneguntungkan protozoa akan membungkus diri membentuk sista untuk mempertahankan diri. Bila mendapat lingkungan yang sesuai hewan ini akan aktif lagi. Cara hidupnya ada yang parasit, saprofit dan hidup bebas.
a) Struktur tubuh
     Organel – organel untuk melakukan kegiatan hidup antara lain, membrane plasma, sitoplasma dan mitokondria. Beberapa jenis protozoa memiliki inti lebih dari satu.
b) Alat gerak
     Alat gerak berupa bulu cambuk (flagella), bulu getar (silia) dan kaki semu (pseudopodia).
c) Reproduksi
    Reproduksi aseksual (Vegetatif ) pada kebanyakan protozoa adalah dengan membelah diri. Namun adapula jenis protozoa yang bereproduksi secara konjugasi yaitu perpaduan antara dua individu yang belum dapat dibedakan jenis kelaminnya.
Cirri-ciri protozoa
1.Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri  (heterotrof)
2.Protozoa memiliki alat gerak yaitu ada yang berupa kaki semu, bulu getar (cillia)  atau bulu cambuk (flagel).
3.Hidup bebas, saprofit atau parasit
4.Organisme bersel tunggal
5.Eukariotik atau memiliki membran nukleus/ berinti sejati
6.Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)
7.Dapat membentuk sista untuk bertahan hidup. sista, merupakan bentuk sel protozoa yang terdehidrasi dan berdinding tebal mirip dengan endospora yang terjadi pada bakteri
8.Protozoa mampu bertahan hidup dalam lingkungan kering maupun basah.
9.Protozoa tidak mempunyai dinding sel
10.Protozoa merupakan organisme mikroskopis yang prokariot



2.3. Pembagian Kelas
Protozoa dibagi menjadi 4 kelas  berdasar alat gerak
1
Rhizopoda (Sarcodina),
alat geraknya berupa pseudopoda (kaki semu)
• Amoeba proteus
memiliki dua jenis vakuola yaitu vakuola makanan dan
vakuola kontraktil.
• Entamoeba histolityca
menyebabkan disentri amuba (bedakan dengan disentri basiler
yang disebabkan Shigella dysentriae)
• Entamoeba gingivalis
menyebabkan pembusukan makanan di dalam mulut
radang gusi (Gingivitis)
• Foraminifera sp.
osilnya dapat dipergunakan sebagai petunjuk adanya minyak
bumi. Tanah yang mengandung fosil fotaminifera disebut tanah globigerina.
• Radiolaria sp.
endapan tanah yang mengandung hewan tersebut digunakan
untuk bahan penggosok.
2
Flagellata (Mastigophora),
alat geraknya berupa nagel (bulu cambuk). Dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu: 
• Golongan phytonagellata
- Euglena viridis (makhluk hidup peralihah antara protozoa
dengan ganggang)
- Volvax globator (makhluh hidup peralihah antara
protozoa dengan ganggang)
- Noctiluca millaris (hidup di laut dan dapat mengeluarkan cahaya bila terkena rangsangan mekanik)
• Golongan Zooflagellata, contohnya :
- Trypanosoma gambiense & Trypanosoma rhodesiense.
Menyebabkan penyakit tidur di Afrika dengan vektor (pembawa)
Þ lalat Tsetse (Glossina sp.) Trypanosoma gambiense vektornya Glossina palpalis Þ tsetse sungai Trypanosoma rhodeslense vektornya Glossina morsitans Þtsetse semak
- Trypanosoma cruzl Þ penyakit chagas
- Trypanosoma evansi Þ penyakit surra, pada hewan ternak
(sapi).
- Leishmaniadonovani Þ penyakit kalanzar
- Trichomonas vaginalis Þ penyakit keputihan
3
Ciliata (Ciliophora),
alat gerak berupa silia (rambut getar) 
• Paramaecium caudatum Þ disebut binatang sandal, yang memiliki dua jenis vakuola yaitu vakuola makanan dan vakuola kontraktil yang berfungsi untuk mengatur kesetimbangan tekanan osmosis (osmoregulator).
Memiliki dua jenis inti Þ Makronukleus dan Mikronukleus (inti  konyugasi.Þreproduktif). Cara reproduksi, aseksual Þ membelah diri, seksual
• Balantidium coli Þ menyebabkan penyakit diare.
4
Sporozoa,
adalah protozoa yang tidak memiliki alat gerak 
Cara bergerak hewan ini dengan cara mengubah kedudukan tubuhnya. Pembiakan secara vegetatif (aseksual) disebut juga Skizogoni dan secara generatif (seksual) disebut Sporogoni.
Marga yang berhubungan dengan kesehatan manusia Þ Toxopinsma dan Plasmodium.
Jenis-jenisnya antara lain:
- Plasmodiumfalciparum Þ malaria tropika Þ sporulasi tiap hari
- Plasmodium vivax Þ malaria tertiana Þ sporulasi tiap hari ke-3
(48 jam)
- Plasmodium malariae Þ malaria knartana Þ sporulasi tiap hari
ke-4 (72 jam)
- Plasmodiumovale Þ malaria ovale
Siklus hidup Plasmodium mengalami metagenesis terjadi di dalam tubuh manusia (reproduksi vegetatif Þ skizogoni) dan didalam tubuh nyamuk Anopheles sp. (reproduksi generatif Þ sporogoni). secara lengkap sebagai berikut:
Sporozoit Þ Masuk Tubuh Di Dalam Hati (Ekstra Eritrositer) Þ Tropozoid Þ Merozoit (memakan eritrosit Þ Eritrositer) Þ Eritrosit Pecah (peristiwanya Þ Sporulasi) Þ Gametosit Þ Terhisap Nyamuk Þ Zygot Ookinet Þ Oosis Þ Sporozeit.

2.4. Peranan
Peran menguntungkan :
1.               Mengendalikan populasi Bakteri, sebagian Protozoa memangsa Bakteri sebagai makanannya, sehingga dapat mengontrol jumlah populasi Bakteri di alam.
2.               Sumber makanan ikan, Di perairan sebagian Protozoa berperan sebagai plankton (zooplankton)  dan benthos yang menjadi makanan hewan air, terutama udang, kepiting, ikan, dll.
3.               Indikator minyak bumi, Fosil Foraminifera menjadi petunjuk sumber minyak, gas, dan mineral.
4.               Bahan penggosok, Endapan Radiolaria di dasar laut yang membentuk tanah radiolaria, dapat dijadikan sebagai bahan penggosok.
Peran Merugikan :
·        Protozoa menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan ternak




BAB III
PENYAKIT YANG DISEBABKAN PROTOZOA
3.1. Neosporosis Spesies
 Neospora adalah protozoa yang hanya baru-baru ini telah diakui sebagai penyebab aborsi pada sapi.  Aborsi mungkin sporadis atau mereka mungkin terjadi sebagai badai. "Neospora adalah" penyebab utama aborsi di perusahaan susu drylot di California dan sering juga didiagnosis pada Nebraska. Meskipun sapi perah tampaknya paling berisiko terinfeksi, ada laporan dari aborsi disebabkan oleh Neospora pada sapi.  Modus penularan Neospora tidak diketahui.  Hal ini diyakini bahwa Neospora memiliki siklus hidup mirip dengan Sarcocystis.  Dengan demikian, karnivora burung atau mamalia diyakini untuk menyebarkan penyakit dan ternak yang diyakini menjadi terinfeksi oleh menelan feed atau hijauan terkontaminasi oleh tinja karnivora. Tidak ada pengobatan yang efektif untuk sapi terinfeksi dengan Neospora. Pengendalian populasi karnivora liar diyakini, saat ini, untuk satu-satunya metode manajemen. Diagnosis aborsi disebabkan oleh Neospora mengharuskan bantuan laboratorium diagnostic.

3.2. Leptospirosis
Sifat dan Kejadian
Leptospirosis pada sapi disebabkan oleh spirocheta yang kecil dan berbentuk filamen, yang terpenting diantaranya adalah Leptospira pamona, L. hardjo, L. grippotyphosa dan L. conicola. Organisme ini mudah dimusnahkan oleh panas, sinar matahari, pengeringan, asam, dan desinfektan. Leptospira dapat hidup selama beberapa hari atau minggu dalam lingkungan yang lembab pada suhu sedang seperti di tambak, aliran air yang macet atau di tanah basah (Toelihere, 1985).
Air merupakan media penyebaran utama untuk penyakit ini. Penularannya dapat pula melalui luka, semen, baik perkawinan alamiah maupun perkawinan dengan IB. selain dapat menular ke ternak lain penyakit ini juga dapat menular ke manusia (Blakely &Bade, 1991). Pembawa utama Leptospira adalah rodentia. Anjing dan babi dapat berfungsi sebagai pembawa potensial (Anonim, 1980).
Penyebaran Leptospirosis bergantung pada keadaan luar, yaitu penyebarannya terutama melalui air dan lumpur. Hewan biasanya mengeluarkan Leptospira melalui air kemih. Bila air kemih in tiba di dalam air atau lumpur yang sedikit alkali atau netral maka Leptospira itu dapat tinggal hidup berminggu-minggu. Bila hewan atau orang kontak langsung dengan air atau lumpur ini maka ia terinfeksi. Leptospira ini masuk ke dalam tubuh melalui selaput lendir konjungtiva, mulut, hidung dan luka kulit.
3.3. Camphylobacteriosis
Sifat dan Kejadian
Camphylobacteriosis yang disebabkan oleh Camphylobakter foetus veneralis (dahulu disebut Vibrio fetus veneralis) adalah salah satu penyakit penyebab utama kegagalan reproduksi pada sapi yang disebarkan melalui perkawinan. Umumnya ditemukan kematian embrio dini atau abortus pada bulan ke-4 sampai akhir kebuntingan (Toelihere, 1985).
Penyebarannya lewat ingesti, masuk darah menyebabkan plasentitis dengan kotiledon hemoragik dan sekitar interkotiledonaria mengalami udema (Prihatno, 2006).
3.4. Tripanosomiasis
Lazimnya dikenal sebagai penyakit Surra, disebabkan oleh semacam protozoa yang merupakan parasit darah yaitu Trypanosoma evansi. Penyakit Surra ini merupakan penyakit menular pada hewan dapat bersifat akut maupun kronis. Penyakit Surra Penyakit Surra biasanya terjadi secara sporadis tetapi kadang-kadang dapat juga terjadi wabah.  Congolense mungkin penyebab dari. The organism is transmitted by Tabanus, Stomoxys, Lyperosaa and Haematobia flies (Scott, 1973), which are prevalent around river banks and watering points in the arid zones. Organisme ini ditularkan oleh Tabanus, Stomoxys, Lyperosaa dan Haematobia lalat (Scott, 1973), yang lazim di sekitar tepi sungai dan titik-titik air di zona kering. Tsetse flies, the main vectors of bovine trypanosomiasis, are not involved in the transmission of T. Tsetse lalat, vektor utama trypanosomiasis sapi.
Cara terbaik untuk mengendalikan penyakit adalah dengan perawatan dengan obat-obatan. Two drugs have proved useful: Naganol (Suramin, Moranyl) and Anthrycide. Dua obat telah terbukti bermanfaat: Naganol (Suramin, Moranyl) dan Anthrycide. It is necessary to give the correct dosage since underdosing may create resistant trypanosomes. Hal ini diperlukan untuk memberikan dosis yang tepat karena underdosing dapat membuat trypanosomes tahan. Scott (1973) reported strains of T . evansi which were resistant to Suramin in Ethiopia and recommended the use of Anthrycide sulphate. Scott (1973) melaporkan strain dari T. Evansi yang tahan terhadap Suramin di Ethiopia dan merekomendasikan penggunaan sulfat Anthrycide. Fazil (1977) reported good results with Anthrycide sulphate injected subcutaneously at a dosage of 4.4 mg/kg body weight, 2 g being sufficient for a 500 kg animal. Fazil (1977) melaporkan hasil yang baik dengan sulfat Anthrycide disuntikkan secara subkutan dengan dosis 4,4 mg / kg berat badan, 2 g yang cukup untuk hewan kg 500.

3.5. Trikomoniasis
                Disebabkan oleh organisme janin Tritrichomonas protozoa, trikomoniasis adalah  penyakit kelamin yang dapat menyebabkan aborsi dan ketidaksuburan. sapi terinfeksi atau Heifers mungkin memiliki  rahim debit selama beberapa bulan. Vaksin tersedia tetapi keberhasilan mereka telah  dipertanyakan. Penggunaan sapi perawan atau inseminasi buatan (AI) akan membantu dalam kontrol. lembu tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit, tetapi mereka mungkin pelabuhan T. foetus janin dalam kulit khatan mereka (selubung) untuk periode kecuali pengobatan khusus diberikan.
Diagnosis trikomoniasis dibuat dengan mengidentifikasi T. janin dengan benar dipersiapkan preputial atau cairan vagina. Bantuan dari laboratorium diagnostik kesehatan hewan biasanya diperlukan untuk diagnosis akurat.

3.6. Sarcocystosis
Sarcocystis spesies protozoa yang kadang-kadang menyebabkan  aborsi pada sapi." Aborsi biasanya sporadis tetapi mereka mungkin terjadi sebagai badai. "Sarcocystis adalah" disebarkan oleh karnivora (liar dan domestik) dan ternak menjadi terinfeksi oleh hijauan pakan menelan atau terkontaminasi oleh tinja karnivora.  Aborsi dapat terjadi pada setiap tahap kehamilan. Tidak ada efektif pengobatan untuk sapi yang terinfeksi dengan Sarcocystis.  Meskipun tidak selalu layak, mengendalikan populasi karnivora liar adalah dikenal satunya metode manajemen.  Diagnosis aborsi disebabkan oleh Sarcocystis membutuhkan bantuan laboratorium diagnostic.



DAFTAR PUSTAKA


Sabtu, 07 April 2012

makalah budidaya ternak kelinci

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Ternak ini semula hewan liar yang sulit dijinakkan. Kelinci dijinakkan sejak 2000 tahun silam dengan tujuan keindahan, bahan pangan dan sebagai hewan percobaan. Hampir setiap negara di dunia memiliki ternak kelinci karena kelinci mempunyai daya adaptasi tubuh yang relatif tinggi sehingga mampu hidup di hampir seluruh dunia. Kelinci dikembangkan di daerah dengan populasi penduduk relatif tinggi, Adanya penyebaran kelinci juga menimbulkan sebutan yang berbeda, di Eropa disebut rabbit, Indonesia disebut kelinci, Jawa disebut trewelu dan sebagainya.
Kelinci merupakan satu hewan ternak yang mempunyai banyak manfaat, mulai dari binatang hias, penghasil kompos dari kotoran/fesesnya, tulangnya digunakan sebagai bahan tepung tulang, penghasil daging yang mempunyai gizi tinggi serta rambut dan kulitnya dapat digunakan sebagai bahan kerajinan.
Sejak maraknya daging gelonggongan pada sapi dan ayam tiren serta flu burung dan antraks, daging kelinci menjadi sasaran konsumsi sebagai pengganti daging tersebut. Dari berbagai jenis kelinci , kelinci Flamish Giant merupakan alternatif, karena kelinci ini memiliki bobot badan yang besar, berat badannya mampu mencapai sampai 10 kilogram bahkan ada yang mencapai 12 kilogram. sehingga daging yang dihasilkan juga cukup banyak.
Kelinci merupakan golongan ternak herbivora yang mempunyai sifat coprophage/cecotrophy Sifat ini merupakan ciri khas dari kelinci, yaitu tingkah laku kelinci memakan kembali kotoran (faeces) lunak langsung dari anusnya (coprophage pellets) yang terjadi pada malam hari, sehingga disebut juga Ruminansia semu (pseudo-ruminant).  Walaupun memiliki caecum (bagian pertama usus besar) yang besar, kemampuan kelinci dalam mencerna serat kasar terbatas, tidak sebanyak ruminansia. 
Dalam peternakan kelinci, kelangsungan hidupnya akan sangat tergantung perhatian dan tatalaksana pemeliharaan dari peternaknya.  Jenis, jumlah, dan mutu pakan yang diberikan sangat menentukan pertumbuhan, perkembangan, kesehatan, dan produksi.

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang di bahas dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut:
·         Jenis-jenis kelinci yang ada
·         Cara budidaya kelinci

C. Ruang Lingkup
Makalah ini membahas mengenai:
·         Mengetahui ciri-ciri dari kelinci
·         Mengetahui cara beternak

D. Manfaat Penulisan
Sebagai bahan informasi bahwa kelinci.  Sebagai pengembang ilmu pengetahuan pada Matakuliah Aneka Ternak





BAB II
METODE PENULISAN


A. Objek Penulisan
Objek penulisan mencakup tentang pemeliharaan kelinci khususnya kelinci.  Dalam suatu usaha peternakan ada tiga faktor utama yang sangat penting yang dikenal dengan "Segitiga Emas"(BreedingFeeding dan Management).  Ketiga faktor ini satu sama lain harus selalu berhubungan dan saling menunjang, disampaing faktor lainnya yang saling mendukung dari ketiga faktor tersebut yaitu kesehatan dan pencegahan penyakit serta pemasaran yang tidak boleh diabaikan dengan begitu saja.

B. Dasar Pemilihan Objek
Objek yang penulis pilih adalah mengenai ternak kelinci.

C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan makalah ini, penulis secara umum mendapatkan bahan tulisan dari berbagai referensi, baik dari tinjauan kepustakaan berupa buku – buku atau dari sumber media internet yang terkait dengan ternak kelinci.

D. Metode Analisis
Penyusunan makalah ini berdasarkan metode deskriptif analisis, yaitu dengan mengidentifikasi permasalahan berdasarkan fakta dan data yang ada, menganalisis permasalahan berdasarkan pustaka dan data pendukung lainnya, serta mencari alternatif pemecahan masalah.




BAB III
ISI dan PEMBAHASAN

A.    Jenis – Jenis Kelinci
Ras kelinci memiliki ukuran, warna dan panjang bulu, pertumbuhan dan pemanfaatan berbeda-beda antara satu dan lainnya.  Ras-ras kelinci tersebut antara lain sebagai berikut :
1.      Angora
Asal usul kelinci ras Angora kurang jelas. Konon, berasal dari kelinci liar yang berkembang secara mutasi dengan spesifik berbulu panjang. Angora pertama kali di temukan dan di bawa oleh pelaut Inggris, kemudian di bawa ke Perancis tahun 1723. Tahun 1777 Angora menyebar ke Jerman . Tahun 1920 meluas ke negara-negara Eropa Timur, Jepang, Kanada, dan Amerika Serikat. Sampai kini Prancis menjadi pusat peternakan kelinci Angora terbesar yang menghasilkan wool. Angora dewasa berbobot 2.7 kg, baik jantan maupun betina. Pertumbuhan bulunya yang sangat cepat yakni 2.5 cm per bulan, membuat kita hatus rajin mencukurnya 6-8 cm tiap tiga bulannya.
2. Lyon
Sesungguhnya lyon adalah angora inggris yang kupingnya pendek, wajahnya di penuhi bulu-bulu panjang, mirip seperti lion (singa).
3. American Chinchilla
Kelinci ras ini dibedakan jadi tiga tipe, yaitu standar (bobot dewasa 2.5-3 kg), besar (bobot dewasa 4.5-5 kg), giant (bobot dewasa 6-7 kg). Semua di manfaatkan untuk ternak dwiguna yaitu produksi fur dan daging. Kelinci raksasa alias Giant Chinchilla merupakan hasil persilangan antara Standard Chinchilla dan Flemish Giant.
4. Dutch
Ras dutch (Belanda) sangat terkenal di seluruh dunia sebagai hewan hias piaraan. bobot dewasa jantan dan betina antara 1.5-2,5 kg. Betina bersifat keibuan fertilitasnya tinggi. Setiap kali melahirkan, kelinci menghasilkan anak 7-8 ekor. Warna bulunya khas, melingkar seperti pelana berwarna putih dari punggung terus ke leher sampai kaki depan bagian belakang dan kepala hitam,cokelat atau abu-abu.Moncong dan dahi putih. Kaki depan seluruhnya putih.Kaki belakang hitam atau warna lain dengan ujung kaki putih.Ada pula yang sekaligus memiliki 3 macam warna, sering di sebut Tricolored Dutch.
4. English Spot
Ras ini berwarna putih dengan tutul-tutul hitam. Sepanjang punggung ada garis hitam, dari pangkal telinga memanjang sampai ke ujung ekor. Perut bertutul-tutul hitam seperti puting susu. Telinga hitam, mata dilingkari bulu hitam, sehingga tampak seperti memakai kaca mata. Hidung diliputi bulu hitam berbentuk kupu-kupu.
5. Himalayan
Banyak yang meyakini asalnya dari Cina sebab di sana banyak di jumpai kelinci ini. Mula-mula di bawa dari cina ke Eropa sebagai pengisi kebun binatang dan dikenal dengan nama ‘Kelinci hidung hitam dari Cina’. Warna hitam pada kaki mulai timbul pada umur 3-4 minggu, mula-mula pucat lalu menjadi hitam. Himalayan yang disilangkan dengan New Zealand White, anak-anaknya menyerupai Himalayan. Kalau disilangkan dengan kelinci berwarna lain, keturunannya tak ada yang menyerupai Himalayan.
6. Flemish Giant
Kelinci jenis ini termasuk ukuran yang cukup besar dari jenis-jenis kelinci yang lain.
7. Havana
Ras ini bertumbuh pendek, kepalanya kecil dan pendek, tapi lebar. Matanya biasanya bercahaya merah delima, telinganya berdiri tegak dengan dasar telinga lebar.Pantat dan kaki belakangnya bulat, berisi penuh. Warna bulunya hitam,biru, dan coklat.
8. Lop
Jenis ini termasuk yang favorit saya, memiiki ciri khas kepala lebar mata hitam dan telinganya koploh atau menggatung jatuh kebawah.  Telinganya panjang, lebar, tebal, menggantung dari samping kepala ke bawah tetapi tidak sampai menggeser di tanah. Diantara macam-macam Lop, yang paling terkenal English Lop.
9. Nederland Dwarf
Ras kelinci kerdil ini berasal dari Belanda, sering juga di panggil kelinci mini, karena jenis ini merupakan jenis kelinci terkecil didunia. Bobot dewasa nya hanya 0.9 kg.Bentuk tubuhnya pendek, kepalanya agak bulat.
10. New Zealand White
Ras ini merupakan kelinci albino, tak mempunyai bulu yang mengandung pigmen. Bulunya putih mulus, padat, tebal dan agak kasar kalo di raba. Mata merah,asalnya dari New Zealand, makanya dia punya nama New Zealand White.
11. Polish
Ras ini merupakan kelinci kecil, hampir mirip dengan Nederland Dwarf, hanya sedikit lebih besar. Kepala bulat, telinga tegak sekitar 6 cm panjangnya.Matanya merah delima atau biru.
12. Rex
Sebenarnya Rex termasuk kelinci baru. Ras ini mulai di kenal di Amerika Serikat sejak tahun 1980-an, sebagai binatang kontes.Yang paling spesial dari Rex yaitu bulunya yang halussss banget. Apalagi kalo si Rex ini hidup di lingkungan yang bersuhu berkisar 5-15 C,makin rendah suhu lingkungan, makin indah dan bagus mutu bulunya. Ras Rex yang paling terkenal adalah White Rex, yang berbulu putih mulus dan tebal. Kualitas bulunya sangat baik, lembut seperti beludru. Ras ini juga di sebut Ermine Rex.
13. Satin
Ras satin berbulu tebal, badannya panjang, kepala lebar, leher pendek, telinganya yang lebar tampak seimbang dengan badannya. Tulang-tulangnya tampak kuat. Kakinya lurus. Kukunya hitam gelap.
14. Tan
Ras ini termasuk kelinci kelinci kecil, berwarna cokelat kemerah-merahan.Warnyanya jelas, terang, terdapat di bawah dagu sampai ke dada, tengkuk, dan bawah ekor. Bagian perut sampai bagian sebelah dalam kaki depan juga berwarna cokelat kemerah-merahan. Telapak kakinya putih.
15. Californian
Kelinci ini merupakan hasil persilangan keturunan hasil kawin silang Himalayan dan Chinchilla dengan New Zealand White. Bulunya putih dengan telinga, hidung, ekor, dan kaki kelabu tua atau hitam. Warna hitam di hidung bisa mencapai separuh muka. Bobot kelinci dewasa jantan ideal 3.6 -4.5 kg, betina 4.3 – 4.7 kg. Punggung sedikit membulat, bagian samping dan bahu penuh berisi daging. Induk dapat mengasuh anak-anaknya dengan baik, jumlah anak yang dilahirkan per tahun bisa mencapai 48 ekor. Bobot umur 60 hari rata-rata 1.8 kg. Alias, jenis ini kebanyakan indukan yang penyanyang.
16. Champagne d’Argent
Prancis, yaitu distrik Champagne. Diternakan untuk diambi fur-nya.Kelinci ini, di Amerika dikenal sebagai French Silver, karena warna bulunya putih perak.Kata Argente dari bahasa Prancis yang berarti perak.Kelinci ini merupakan penghasi daging yang baik.Bobot dewasa rata-rata 3.6 kg. Pada saat lahir berwarna hitam, setelah umur 3-4 bulan berubah perakatau putih susu dengan warna kulit biru tua, dan ketika dewasa berbulu biru dengan ujung putih perak.Warna bulunya merata diseluruh tubuh, termasuk kepala, telinga, dan kaki. Telinga tegak, ujung membulat. Anak umur 5 minggu berbobot 1.8 – 2.7 kg.
17. Carolina
Ras ini berasal dari hasil persilangan antarspesies New Zealand White. Bulunya putih, pertumbuhannya cepat, dan daya reproduksinya tinggi. Penampilannya lebih besar dan lebih putih daripada New Zealand White, terutama yang berkelamin jantan. Memiliki daya tahan tubuh yang tinggi, sehingga cukup kuat terhadap serangan penyakit dan mampu hidup pada kondisi di bawah normal.
18. Checkered Giant
Ras ini berasal dari Jerman. Badan panjang, punggung melengkung dengan baik. Paha dan pinggul lebar. Di ternakkan untuk di ambil dagingnya.Bobot dewasa ideal jantan 5 kg, betina 5.4 kg. Dibedakan atas dua warna, yaitu hitam dan biru.
19. Siamese Sable
Ras ini memiliki pola warna seperti bulu kucing siam. Peternak membedakan warnanya dalam tiga corak, yaitu cokleat muda, agak cokelat muda dan agak cokelat di sebut Siamese Sable. Bobot dewasa, jantan maupun betina, antara 2.25 – 3.5 kg.
20. Silver
Ras asli kelinci ini adalah Silver Grey, berwarna perak abu-abu. Warna bulunya hitam, di bagian dalam biru-hita diselingi bul u penutup perak keputih-putihan. Warna perak inilah yang membuat kelinci Silver terlihat cantik dan menarik.
Selain silver Grey, ada pula Silver Fawn (perak coklat mudah kekuningan), Siver Brown (perak coklat), dan Silver Fox (warna utama hitam dengan kombinasi biur, coklat, dan ungu).  Kelinci Silver memiliki proporsi tubuh yang baik, otot-otot kuat, kepala pendek, telinga pendek, kaki pendek dan kuat. Bobot kelinci Silver Grey, SIlver Fawn, dan Silver Brown dewasa, jantan maupun betina 2,7 – 3,2 g. Silver Fox merupakan hasil persilangan dengan Chinchilla, bobot kelinci dewasa jantan 3.6 – 5 kg, betina 4,0 – 5,45 kg.
Anak-anak SIlver tidak mempunyai bulu perak sampai umur 2-3 bulan. Warna perak mulai tumbuh dari kaki, kepala, telinga, baru ke seluruh tubuh setelah umur 5 bulan. Kelinci Silver di ternak terutama untuk di ambil bulunya.


B.     Breeding
Untuk syarat ternak tergantung dari tujuan utama pemeliharaan kelinci tersebut. Untuk tujuan  jenis  bulu  maka  jenis  Angora,  American  Chinchilla  dan  Rex merupakan ternak yang cocok. Sedang untuk tujuan daging maka jenis Belgian, Californian,  Flemish  Giant,  Havana,  Himalayan  dan  New  Zealand  merupakan ternak yang cocok dipelihara.
 
 1) Pemilihan bibit dan calon induk Bila  peternakan  bertujuan  untuk  daging, 
     dipilih  jenis  kelinci  yang  berbobot badan  dan  tinggi  dengan  perdagingan 
     yang  baik,  sedangkan  untuk  tujuan bulu jelas memilih bibit-bibit  yang  punya
     potensi  genetik  pertumbuhan  bulu yang baik. Secara spesifik untuk keduanya
     harus punya sifat fertilitas tinggi, tidak mudah nervous, tidak cacat, mata bersih
     dan terawat, bulu tidak kusam, lincah/aktif bergerak.
 2) Perawatan Bibit dan calon induk Perawatan  bibit menentukan  kualitas  induk
     yang baik  pula, oleh  karena  itu perawatan utama yang perlu perhatian adalah
     pemberian pakan yang cukup, pengaturan  dan  sanitasi  kandang  yang  baik  serta       mencegah  kandang  dari gangguan luar.
 3) Sistem Pemuliabiakan Untuk mendapat keturunan yang lebih baik dan
    mempertahankan sifat yang spesifik maka pembiakan dibedakan dalam 3 kategori
    yaitu:
a. In Breeding (silang dalam), untuk mempertahankan dan menonjolkan sifat
    spesifik misalnya bulu, proporsi daging.
b. Cross   Breeding   (silang   luar),   untuk   mendapatkan    keturunan    lebih baik/menambah sifat-sifat unggul.
c. Pure    Line     Breeding    (silang    antara    bibit    murai),    untuk   mendapat bangsa/jenis baru yang diharapkan memiliki penampilan yang merupakan perpaduan 2 keunggulan bibit.
4) Reproduksi dan Perkawinan Kelinci  betina  segera  dikawinkan  ketika  mencapai
    dewasa  pada  umur  5 bulan  (betina  dan  jantan).  Bila  terlalu  muda  kesehatan
    terganggu dan mortalitas  anak  tinggi.  Bila  pejantan  pertama  kali
    mengawini,  sebaiknya kawinkan dengan betina yang sudah pernah beranak. Waktu
    kawin pagi/sore hari  di  kandang  pejantan  dan  biarkan  hingga  terjadi  2  kali
    perkawinan, setelah itu pejantan dipisahkan.
5) Proses Kelahiran Setelah perkawinan kelinci akan mengalami kebuntingan selama
    30-32 hari.  Kebuntingan pada kelinci dapat dideteksi dengan meraba perut kelinci
    betina 12-14 hari setelah perkawinan, bila terasa ada bola-bola kecil berarti terjadi
    kebuntingan.  Lima  hari  menjelang  kelahiran  induk  dipindah  ke  kandang
    beranak untuk memberi kesempatan menyiapkan  penghangat  dengan  cara
    merontokkan   bulunya.   Kelahiran   kelinci   yang   sering   terjadi   malam   hari
    dengan  kondisi  anak  lemah,  mata  tertutup  dan  tidak  berbulu.  Jumlah  anak
    yang dilahirkan bervariasi sekitar 6-10 ekor.





C.    Feeding
a.      Sumber Pakan
Kelinci membutuhkan pakan untuk kebutuhan hidup pokok dan produksi.  Bahan pakan untuk kelinci secara garis besar dibagi menjadi dua golongan, yaitu: hijauan (forage) dan penguat (konsentrat).
1.      Hijauan
Hijauan merupakan pakan pokok kelinci yang pemberiannya sebanyak 60-80 %, meliputi antara lain: jenis rumput-rumputan (graminae), teki (cyperaeceae), dan kacang-kacangan (leguminoceae). Jenis hijauan yang banyak terdapat di Indonesia dan biasa diberikan kepada kelinci antara lain: rumput lapang, rumput jampang, gigirinting, daun turi, daun pisang, daun ubi jalar, kangkung, daun kacang tanah, sawi, wortel, kol dan lain-lain.
Hijauan tersebut dapat diberikan dalam bentuk segar yang telah dilayukan terlebih dahulu, maupun dalam bentuk awetan (hay).
Hijauan segar yang dilayukan dimaksudkan untuk menghilangkan getah dan racun yang dapat mengakibatkan mencret, kembung, dan kejang-kejang.
Hijauan awetan diberikan pada saat hijauan segar sulit diperoleh karena adanya musim kemarau panjang.
2.      Pakan Penguat (Konsentrat)
Konsentrat dibutuhkan kelinci untuk memperoleh produksi yang memadai, terutama pada saat masa pertumbuhan, bunting, dan menyusui.
Bahan pakan penguat antara lain: jagung giling, dedak padi, bungkil kelapa, polar, molasis dan lain-lain.  Bahan-bahan tersebut mengandung protein tinggi dan serat kasar yang rendah.




b.      Zat Pakan
Kelinci membutuhkan zat pakan yang tersedia cukup dalam ransumnya untuk kebutuhan hidup pokok, produksi dan keperluan proses metabolisme di dalam tubuh.  Zat-zat tersebut antara lain: karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin dan air.
1.      Karbohidrat
Fungsi karbohidrat dalam ransum kelinci adalah sebagai sumber energi.  Kelebihan energi akan disimpan dalam bentuk glikogen dan lemak.  Dalam kondisi kurang pakan lemak-lemak tersebut mengalami pemecahan menjadi sumber energi bagi keperluan fisiologi tubuh.
2.      Protein
Fungsi protein dalam ransum kelinci adalah sebagai sumber zat pembangun. Kelinci muda membutuhkan protein untuk pertumbuhan.  Kelinci bunting dan induk menyusui membutuhkan protein dalam ransum untuk perkembangan embriyo, pertumbuhan anak dan produksi susu.
3.      Lemak
Fungsi lemak adalah sebagai sumber energi dalam ransum kelinci.  Pemberian 2-3 % kadar lemak dalam ransum sudah mencukupi kebutuhan hidupnya.
4.      Mineral
Mineral merupakan unsur yang paling diperlukan dalam semua fase pertumbuhan kelinci.  Kebutuhan paling tinggi terhadap mineral didapatkan pada induk laktasi dan anak kelinci pada awal periode pertumbuhan.
5.      Vitamin
Vitamin dibutuhkan untuk pertumbuhan normal, hidup pokok dan mengatur metabolisme.

Vitamin A
Vitamin A dibutuhkan kelinci untuk memelihara jaringan, alat reproduksi dan untuk pembentukan tulang rawan.
Vitamin D
Peranan vitamin D dalam tubuh kelinci sangat erat hubungannya dengan metabolisme mineral Ca dan P.  Defisiensi vitamin D akan memperlihatkan gejala osteoporosis (pengeroposan tulang), sedang pemberian yang berlebih akan mengakibatkan pengapuran jaringan ginjal dan saluran pembuluh darah.
Vitamin E
Vitamin E dibutuhkan kelinci untuk memelihara jaringan (sel-sel) tubuh dan dalam sintesa hormon-hormon reproduksi.
Vitamin K
Vitamin K dibutuhkan kelinci dalam proses reproduksi normal, pembekuan darah.
6.      Air
Air adalah zat makanan yang penting bagi kehidupan ternak, sedangkan fungsi air bagi tubuh ternak dalam hidupnya antara lain:
  1. Penghantar panas
  2. Pelarut zat makan
  3. Berperan dalam reaksi enzimatis
  4. Berperan sebagai bantalan sistem syaraf
Kelinci New Zealand White membutuhkan air sekitar 250 ml/ekor/hari, sedangkan kelinci tipe kecil (lokal) konsumsi air minumnya 50-70 ml/ekor/hari.
 




c.       Kebutuhan Zat Pakan
Kelinci sedang tumbuh (4-12 minggu) membutuhkan serat kasar 14 persen, lemak 3 persen, protein kasar 17 persen, energi 2500 kcal/kg, kalsium 0,5 persen dan phospor 0,3 persen.
Kelinci sedang menyusui membutuhkan serat kasar 14 persen, lemak 3 persen, protein kasar 15 persen, energi 2500 kcal/kg, kalsium 1,1 persen dan phospor 0,8 persen.


D. Manajemen/Tatalaksana
a. Perkandangan
Habitat atau tempat hidup yang asli bagi kelinci, sebagaimana hewan liar, kelinci hidup dan berkembangbiak di alam bebas, kelinci mempunyai kebiasaan menggali tanah, membuat lubang atau terowongan. Bagi kelinci lubang berfungsi sebagai tempat berlindung kelinci dari binatang buas atau predator yang siap memangsanya, sebagai tempat untuk mempertahankan tubuh agar tetap hangat dari pengaruh dinginnya suhu di permukaan tanah atau sekedar untuk tempat bernaung dari hujan atau teriknya matahari atau berlindung dari terpaan angin. Lubang juga difungsikan sebagai sarang untuk beranak dan memelihara anak-anak sebelum dewasa.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dalam pembuatan kandang harus mengacu pada hakekat fungsi kandang, antara lain :
  • Melindungi ternak dari pengaruh buruk cuaca (angin, dingin, hujan, panas matahari)
  • Melindungi ternak dari predator (hewan pemangsa) atau binatang buas, antara lain : ular, musang, kucing, anjing.
  • Memudahkan dalam pengelolaan (pemberian pakan, minum, penanganan kesehatan, sanitasi, vaksinasi, seleksi, pembersihan kotoran dan pemanenan hasil)

Kandang adalah merupakan tempat melakukan aktivitas produksi bagi ternak dan peternak. Oleh karena itu kondisi kandang harus mencerminkan hal-hal yang mendukung produksi, antara lain : nyaman dan aman.

Dengan demikian, dalam pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa hal, antara lain :
v  Konstruksi kandang dan perlengkapan.
v  Bahan yang digunakan dalam pembuatan kandang dan perlengkapan,
v  Ukuran (panjang, lebar, tinggi) kandang.

Suhu lingkungan yang ideal untuk kelinci adalah 16-20oC. Pada suhu yang lebih tinggi dari suhu ideal, kelinci akan kehilangan energi untuk menjaga temperatur tubuh. Jadi rendahnya produktivitas kelinci daerah tropis, besar kemungkinan salah satunya disebabkan oleh stres panas.
Kandang kelinci, biasanya hanya merupakan petakan atau sekat ruangan. Bisa dibawah bangunan utama atau bangunan tersendiri. Artinya, beberapa kandang kelinci dengan berbagai susunan berada di bawah naungan bangunan besar atau rumah. Dapat pula kandang-kandang kelinci tersebut berada di halaman atau pekarangan dengan menggunakan atap tersendiri.
A. Kandang kelinci berada dalam bangunan utama
B. Kandang kelinci berada di halaman atau pekarangan dengan atap menyatu.
A
B











Konstruksi kandang :
Atap : Nyaman, melindungi ternak dari hujan dan panas matahari. Bahan : Seng, asbes, genteng, sirap, ilalang.
Tiang : Kuat. Bahan : Kayu, bambu, beton, tembok, besi.
Dinding : Kuat dan melindungi ternak. Bahan : Kayu, bambu, tembok
Lantai : Datar, tidak lembab. Bahan : Kayu, bambu, tembok, tanah, kawat.
Ventilasi baik : Sirkulasi udara lancar.

Letak Kandang
Agar supaya kandang benar-benar nyaman dan aman bagi ternak sehingga memberikan kesempatan ternak untuk dapat berproduksi secara optimal, kandang kelinci sebaiknya ditempatkan di lokasi yang sesuai, yaitu :
v  Kering atau tidak lembab,
v  Aman dari binatang buas atau predator,
v  Terlindung dari pengaruh buruk cuaca (hujan, panas, dingin, angin),
v  Jauh dari lalulintas masyarakat sekitar.
v  Tidak terlalu jauh dari rumah guna memudahkan pengawasan.

b. Kesehatan
Ada tiga kegiatan pokok dalam penangan kesehatan ternak, khususnya kelinci, yaitu : pencegahan (sanitasi, isolasi dan vaksinasi), pengobatan dan pemusnahan.

c.    Jenis Penyakit Kelinci
Kelinci yang terserang penyakit pada umumnya menunjukkan gejala-gejala yang cukup mencolok, yaitu: nafsu makan turun, mata sayu, suhu badan naik turun, dan beberapa tanda khas dari penyakit yang menghinggapinya.
Beberapa penyakit yang sering menyerang kelinci, antara lain enteritis kompleks, pasteurellosis, young doe syndrome, skabies, dan koksidiosis.
Enteritis kompleks.


d.      Rekording
Kegiatan pencatatan atau dikenal juga dengan istilah rekording adalah sangat penting.

e. Panen
1. Hasil Utama
Hasil utama kelinci adalah daging dan bulu
2. Hasil Tambahan
Hasil tambahan berupa kotoran untuk pupuk
3. Penangkapan
Kemudian yang perlu diperhatikan cara memegang kelinci hendaknya yang benar agar kelinci tidak kesakitan.

f. Pascapanen
1. Stoving
Kelinci dipuasakan 6-10 jam sebelum potong untuk mengosongkan usus. Pemberian minum tetap .
2. Pemotongan
Pemotongan biasa, sama seperti memotong ternak lain.
3. Pengulitan
Dilaksanakan mulai dari kaki belakang ke arah kepala dengan posisi kelinci
digantung.
4. Pengeluaran Jeroan
Kulit perut disayat dari pusar ke ekor kemudian jeroan seperti usus, jantung dan paru-paru dikeluarkan. Yang perlu diperhatikan kandung kemih jangan sampai pecah karena dapat mempengaruhi kualitas karkas.
5. Pemotongan Karkas
Kelinci dipotong jadi 8 bagian, 2 potong kaki depan, 2 potong kaki belakang, 2 potong bagian dada dan 2 potong bagian belakang.   Presentase karkas yang baik 49-52%.

Kelinci disembelih dengan cara memotong vena jugularis, arteri carotis, oesophagus dan trachea. Kelinci yang telah disembelih dipisahkan kepala, kaki yang dipotong bagian persendian carpus dan tarsus, dikuliti, dikeluarkan isi rongga dada dan rongga perut kecuali hati, jantung dan ginjal untuk memperoleh karkas. Untuk menyembelih kelinci diperlukan dua orang, satu orang memegang, sedang yang lain menyembelih dengan menggunakan pisau tajam.
Sebelum menguliti, keluarkan terlebih dahulu kantomg kencing agar tidak mencemari karkas.  Berat karkas kelinci rata-rata 55% dari berat hidupnya.




BAB III
Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan
Dari hasil di atas dapat disimpulkan alasan mengapa harus beternak kelinci adalah sebagai berikut:
1. Pemeliharaan dan perawatannya mudah
2. Tidak membutuhkan lahan yang luas
3. Biaya produksi relatif murah sehingga tidak membutuhkan modal besar
4. Ternak penghasil daging berkualitas dengan kadar lemak rendah
5. Ketersediaan pakan yang melimpah, karena mampu memanfaatkan pakan dari sisa dapur dan hasil sampingan produk pertanian
6. Termasuk ternak yang prolific, yaitu ternak yang mampu beranak banyak per kelahiran
7. Hasil sampingannya pun masih bisa dimanfaatkan.

B. Saran
Untuk lebih memahami semua tentang ternak kelinci, disarankan para pembaca mencari referensi lain yang berkaitan dengan materi pada makalah ini. Selain itu, diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari – hari.
Yang perlu diperhatikan dalam usaha ternak kelinci adalah persiapan lokasi yang sesuai, pembuatan kandang, penyediaan bibit dan penyediaan pakan.








DAFTAR PUSTAKA


Susandari L, Lestari C.M.S. dan Wahyuni H.I., 2004. Komposisi lemak tubuh kelinci yang mendapat pakan pellet dengan berbagai aras lisin. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 2: 663-669.
Lestari C.M.S., 2004. Penampilan produksi kelinci lokal menggunakan pakan pellet dengan berbagai aras kulit biji kedelai. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 2: 670-675.
Kartadisastra, H., R., 1994. Beternak Kelinci Unggul. Cetakan pertama. Kanisius. Yogyakarta.
Sarwono, B., 1995. Beternak Kelinci Unggul. Cetakan XI. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sarwono, B., 2002. Kelinci Potong dan Hias. Cetakan ke tujuh. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
http://kelincihias.multiply.com/journal/item/5/Budidaya_Kelinci